Dialog Kepemudaan Bersama Ganjar Pranowo
Banjarmasin, LIPUTANRIAU1.COM – Malam itu (28/7/2024), puluhan anak muda duduk melingkar di tengah rumah alam sungai andai. Berdialog bersama tokoh idola mereka, Ganjar Pranowo. Kegiatan yang digagas Forum Ambin Demokrasi, LK3 Banjarmasin, Forum Sineas Banua dan Rumah Alam Sungai Andai, dipandu Noorhalis Majid dari Forum Ambin Demokrasi.
Munir Shadikin, ketua Forum Sineas Banua, menyampaikan berbagai hal yang sudah dilakukan anak muda dalam bidang sineas. Puluhan film pendek dan film dokumenter sudah dihasilkan, bahkan kata Munir, sudah ada forum tingkat regional dan bahkan se Kalimantan, meliputi Kucing, Sabah, Serawak, dalam rangka menyuarakan hal yang sama terkait berbagai isu Kalimantan melalui film. Tantangan yang dihadapi, sebagian besar anak muda itu belajar dan mengembangkan diri secara otodidak, sebab tidak ada perguruan tinggi bidang Film di Kalimantan.
Naufal Lisna Reisya atau dipanggil Echa, yang merupakan pengusaha desainer muda, menyuarakan problem komunitasnya yang sedang menggeluti usaha desainer busana. Sulitnya mencari bahan baku, terutama kain, menyebabkan persaingan begitu berat dengan daerah lain. Kalau pun dapat harga murah karena langsung membeli ke pabrik kain di Jawa, ongkos kirim (ongkir) membuat harganya kembali mahal. Pun bila langsung mendatangkan dari luar negeri, bea cukai langsung mendatangi, birokrasinya seketika panjang – mahal, jalurnya juga harus melalui Surabaya, ketika ditambah ongkir, harganya malah tambah mahal.
Rubi, anak muda yang menjadi ketua Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN), menyampaikan berbagai problem masyarakat adat, terutama soal rendahnya pendidikan dan sulitnya akses kesehatan. Bersamaan itu, ancaman ekploitasi pegunungan meratus, memupuskan harapan masyarakat adat untuk dapat melestarikan adat, budaya dan lingkungannya.
Ganjar Pranowo merespon satu persatu yang disampaikan anak-anak muda tersebut dan memberikan motivasi agar terus berkarya tanpa kenal menyerah. Berbagai tantangan, harus disuarakan agar pemerintah mengetahui dan syukur-syukur turut mencarikan solusinya. Anak-anak muda mesti memperkuat kelompoknya, meningkat segala potensi dan kapasitas, bila perlu ikut terlibat dalam partai politik, agar partai diisi orang-orang potensial yang menyuarakan dan memperjuangan segala problem dan masalahnya.
Ganjar juga menyampaikan berbagai kasus dan program yang pernah ia buat bersama anak-anak muda lainnya di berbagai tempat. Mengembangkan produksi film-film pendek, mengusahakan pemajuan industri batik, termasuk mempopulerkannya hingga level internasional, serta memperjuangkan terpenuhinya layanan kesehatan serta pendidikan bagi masyarakat adat.
Dialog yang sangat akrab dan hangat malam itu, juga dihadiri anak-anak muda dari Sabah Malaysia, mereka berasal dari Pacos (Partners of Community Organizations in Sabah), yang datang ke rumah alam untuk belajar bersama soal pengorganisasian komunitas. Jhericca, salah satu anak muda penggerak Pacos, menyampaikan kekhawatirannya soal tergusurnya masyarakat adat Kalimantan setelah hadirnya proyek IKN. Bahkah kata Jhericca, dampaknya sampai ke daerah Kalimantan lainnya, yaitu Sabah.
Selain dari Sabah, juga hadir 5 anak muda dari Papua, kebetulan juga sedang mengikuti program yang sama, belajar pengorganisasian komunitas di rumah alam. Christine yang berasal dari Distik Bonoi – Waropen provinsi Papua, menyampaikan akses kesehatan yang sangat sulit di kampungnya, menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak, akhirnya banyak masyarakat Papua merasa belum mendapat perhatian dari pemerintah.
Hajriansyah, Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin, juga menyampaikan problem-problem pengembangan kebudayaan, yang menurutnya kurang lebih sama dialami oleh semua tempat di Indonesia. Padahal pengembangan kebudayaan sangat penting dalam rangka membentuk identitas bangsa dan daerah. Sangat bagus bila terus diciptakan even-even kebudayaan, sehingga terus hidup dan berkembang.
Berbagai isu yang disampaikan anak muda malam itu, direspon Ganjar dengan terus memberikan motivasi kepada anak-anak muda. Dia juga bersedia menjadi bagian dari perjuangan pengembangan potensi anak-anak muda kreatif. “Seandainya ada yang bisa dijembatani, dikomunikasikan lebih jauh dengan berbagai pihak, silahkan saja sampaikan, mungkin saya bisa membantunya”, kata Ganjar. Yang penting jangan patah semangat, jangan ada kata menyerah, kata Ganjar, “jangan berhenti karena Lelah, berhentilah ketika sudah sampai”. (nm)