Calon Tenaga Ahli PKS Bicara Kegagalan Zukri, Nofri Hendra: Tukang Gonggong

PLALAWAN, LIPUTANRIAU1. COM – Ketika H Zukri pertama kali memegang amanah sebagai Bupati Pelalawan di tahun 2021, ada sekitar 9,63 persen dari penduduk Kabupaten Pelalawan yang di kategorikan masyarakat miskin. Hal itu disampaikan aktivis muda Pelalawan Nofri Hendra kepada awak media, Kamis (22/08/2024).

Namun, kata Hendra sebelum mantan Wakil Ketua DPRD Riau ini memimpin Pelalawan. di tahun 2019 atau dua tahun sebelum H Zukri jadi orang nomor satu di Kabupaten Pelalawan, tren persentase kemiskinan sangat sangat tinggi sebesar 9.62 persen, dan di tahun 2020 masih berkutat di angka 9 koma.

“Berbanding terbalik di tahun 2023, setelah dua tahun memimpin daerah berjuluk negeri Seiya sekata, Haji Zukri telah menurunkan persentase orang miskin di Kabupaten Pelalawan menjadi 8,15 dari jumlah penduduk. (Data BPS),” katanya.

“Dari data yang disurvey oleh lembaga pemerintah tersebut, tingkat kemiskinan di Kabupaten Pelalawan selalu mengalami tren penurunan setiap tahunnya dari 2021,” imbuhnya.

Pun demikian, kata Nofri untuk tingkat pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Pelalawan mencatatkan angka yang sangat memuaskan dengan 4.69 persen di tahun 2023. Tren positif dibandingkan tahun tahun sebelumnya seperti tahun 2022 sebesar 4.39, tahun 2021 diangka 4.07 persen dan 2.24 persen di tahun 2020, sedangkan tahun 2019 hanya 3.91

“Kalau untuk data laju pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kemiskinan dan indeks pembangunan manusia tentu kita mengacu kepada hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS red). Ini kan bahasa statistik, tentu BPS yang berkompeten, bukan hasil terawang caleg gagal yang ngaku tenaga ahli,”kata Nofri Hendra.

“Dari data BPS itu, setiap tahun Kabupaten Pelalawan mengalami tren peningkatan untuk pertumbuhan ekonomi, dan mengalami tren penurunan untuk angka kemiskinan,”tambahnya.

Nofri Hendra ingin meluruskan dari pernyataan calon tenaga ahli fraksi PKS mengatakan bahwa angka kemiskinan Pelalawan mengalami peningkatan tertinggi di Riau dengan maksud menggiring opini masyarakat bahwa Bupati Zukri gagal mengangkat derajat orang miskin di Pelalawan. Nofri Hendra menduga Tauhid hanya ditugaskan sebagai tukang gonggong tanpa memahami apa yang mesti ia sampaikan.

“Tahun 2024 ini sedang berjalan, keberhasilan penurunan tahun ini, dilihat dari survey tahun depan. Dan indikator keberhasilan penurunan kemiskinan itu dilihat dari persentase penurunannya. S2 kok jadi tukang gonggong, berbicara dengan data, katanya tenaga ahli, ahli menggonggong,” tukas Nofri Hendra.

Data lain dari situs resmi BPS, di tahun 2021, jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan sebesar 399.264 jiwa, sedangkan tahun 2023 sebanyak 422.445 jiwa.

“Data itu menunjukkan bahwa, 399.264 orang penduduk Kabupaten Pelalawan 9,63 persen penduduknya miskin, tahun 2024 dengan populasi 422.445 jiwa, angka kemiskinan hanya 8.15 persen. Hanya orang orang picik saja yang menolak kebenaran,” bebernya.

Hal lain yang disebutkan Tauhid tanpa ia sadari faktanya terkait jalan akasia banjir di musim hujan. mahendra tidak membantah masih ada banjir di Pangkalan Kerinci, tersebab wilayah geografis ibu kota Kabupaten Pelalawan ini yang dilintasi banyak sungai, sungai besar nya (Sungai Kampar) yang memiliki hulu di Bendungan PLTA Koto Kampar yang sering buka tutup pintu air hingga banjir di sepanjang aliran sungai Kampar. Salah satunya Kabupaten Pelalawan.

Meluapnya debit air sungai Kampar, menjadi penghalang masuknya air dari sungai kecil, parit dan aliran air dari pemukiman warga di Pangkalan Kerinci menuju laut.

“Dibandingkan masa masa sebelum Haji Zukri jadi Bupati, sekarang penanganan banjir jauh lebih baik, coba bandingkan masa dulu dengan sekarang di jalan lintas timur, jalan akasia, kalau dulu tergenang nya lama, kalau sekarang sekedar lewat airnya, itu menandakan membaiknya sistem drainase,”tegasnya.

“Sebaikya Tauhid bertanya ke Abdullah, bagaimana banjir di jalan Pemda, jalan Sejahtera, jalan Raja, jalan itu yang menjadi jalur air menuju sungai kerinci, pak Abdullah kan tinggal disana. Dia tahu itu, bagaimana banjir yang sekarang dan dulu, sekarang di jalan itu sekedar lewat airnya. Kalau Abdullah menjawab dengan hati, ia (Tauhid) akan tahu kebenarannya, jika jawaban sebaliknya pertanda mereka cuma modal ngeyel aja, yang penting gonggong. Atau kalau perlu survey masyarakat yang tinggal di jalan jalan yang selama ini terendam banjir, sekarang jauh lebih baik,”tambahnya.

“Saya mengagumi sikap seorang aktivis di diri Tauhid, tapi itu dulu, sebelum ia berpolitik. Sekarang semakin ngawur. Semoga ia belajar riset dulu, baca data dulu sebelum berbicara, sebelum ia mempermalukan dirinya sendiri,” tukasnya

Nofri Hendra juga menyoroti aspirasi Abdullah yang sebagian besar di arahkan hanya kepada Bintek dan training, menurut informasi yang ia terima, Abdullah sekarang berbeda dengan Abdullah ketika awal menjadi wakil rakyat sepuluh tahun silam. Idealisme, Berbicara data dan tidak terjebak politik sesaat.

“Untuk mengetahui kebenarannya kita audit aja. Apakah Bimtek tepat sasaran atau bukan, atau sekedar celah celah pemasukan dewan, diuji saja lewat auditor,” jawabnya

“Rindu pak Abdullah yang dulu,” pungkasnya

Sebelumnnya, Tauhid Ma’rifatullah, S.IP,.M.IP juru bicara PKS Pelalawan sekaligus Tenaga Ahli Fraksi PKS 2024-2029 pada Rabu (21/08/2024) mengatakan.

“Ada tiga hal dari statemen Pak Abdullah itu, mesti harus dipahami,” ungkap jebolan Master (S2) Ilmu Pemerintahan ini.

Pertama, katanya, apa yang disampaikan Abdullah selaku Anggota DPRD Pelalawan, adalah sebuah fakta apa adanya bukan hoax. “Persoalan utama Pangkalan Kerinci sebagai Ibukota, wajah Kabupaten Pelalawan adalah banjir, sampah, dan pengangguran. Yang dalam janji Zukri ketika kampanyenya empat tahun lalu adalah menuntaskan hal-hal pokok tersebut. Justru yang terjadi malah persoalan pokok tersebut seakan dikesampingkan,” ujarnya.

Sebagai contoh simpang Akasia yang dulunya tak banjir sekarang banjir ketika hujan. Kemudian genangan air yang tak tuntas di jalan beringin menuju masjid Al Jihad, dan ada juga di tempat lainnya. “Seharusnya GenZ keliling ketika hujan agar lebih objektif dalam menilai,” kata Tauhid.

Untuk persoalan sampah, TPA kemang sudah lampu kuning, artinya sudah kesulitan menampung sampah, sementara pola penjemputan sampah semakin tak jelas sehingga meresahkan warga sebab Bupati tak punya road map yang jelas dalam menyelesaikan persoalan sampah ini.

Selanjutnya soal pengangguran terbuka yang masih tinggi. Salah satu penyebabnya, Bupati tak mampu tunaikan janjinya membuka BLK (Balai Latihan Kerja). “Malah beliau membangun hal-hal yngg tidak jelas kemanfaatannya seperti lapak pangker yang sekarang sudah terbengkalai lagi, tugu bono yang banyak menelan korban, bahkan yang katanya sebagai simbol, sudah mulai tak terurus. Taman kenangan yang dikritik para ulama sebab dijadikan panggung musik yg berdekatan dengan mesjid raya dan pusat pendidikan,” ungkap Tauhid dikutip dari media Riautribune. com.(FRN)